Menghitung Biaya Ekonomi dari Perubahan Iklim
Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu lingkungan — ia telah menjadi ancaman nyata bagi stabilitas ekonomi global. Suhu bumi yang terus meningkat, naiknya permukaan air laut, dan frekuensi bencana alam yang makin sering telah menciptakan dampak ekonomi yang luas, baik di negara berkembang maupun maju. Namun, berapa sebenarnya biaya ekonomi dari perubahan iklim?
Kerugian Akibat Bencana Iklim
Bencana yang dipicu oleh perubahan iklim seperti banjir, kekeringan, badai tropis, dan kebakaran hutan telah menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Menurut data dari World Meteorological Organization (WMO), selama dua dekade terakhir, kerugian akibat bencana terkait cuaca mencapai lebih dari $3 triliun secara global. Negara-negara kepulauan kecil, petani skala kecil, dan komunitas pesisir menjadi yang paling rentan terhadap dampak tersebut.
Di Indonesia, misalnya, banjir besar yang terjadi hampir setiap tahun menyebabkan kerugian hingga triliunan rupiah dalam bentuk infrastruktur rusak, gangguan distribusi logistik, dan penurunan produktivitas. Sektor pertanian juga terkena dampaknya — gagal panen akibat musim yang tidak menentu menyebabkan naiknya harga pangan dan terganggunya ketahanan pangan nasional.
Biaya Adaptasi dan Mitigasi
Selain kerugian langsung, negara-negara juga harus mengeluarkan biaya besar untuk adaptasi dan mitigasi. Adaptasi meliputi pembangunan infrastruktur tahan bencana, peninggian tanggul laut, dan sistem peringatan dini. Sementara itu, mitigasi mencakup transisi ke energi terbarukan, penanaman hutan, dan peningkatan efisiensi energi.
Menurut laporan Climate Policy Initiative, dunia membutuhkan investasi sekitar $4,5 triliun per tahun hingga 2030 untuk memenuhi target iklim global. Ini mencakup pengurangan emisi karbon serta upaya perlindungan ekosistem. Negara berkembang membutuhkan dukungan dana internasional karena keterbatasan anggaran domestik.
Dampak pada Dunia Usaha
Dunia usaha juga tak luput dari dampak ekonomi perubahan iklim. Perusahaan yang tergantung pada rantai pasok global menghadapi risiko besar akibat gangguan cuaca ekstrem dan perubahan pola produksi. Sektor seperti pertanian, perikanan, pariwisata, dan asuransi sangat terdampak.
Selain itu, investor kini mulai memperhitungkan risiko iklim dalam keputusan finansial mereka. Konsep Environmental, Social, and Governance (ESG) menjadi pertimbangan utama dalam investasi jangka panjang, karena perusahaan yang tidak beradaptasi terhadap risiko iklim dinilai memiliki prospek bisnis yang lemah.
Investasi Sekarang, Hemat Biaya di Masa Depan
Meskipun investasi untuk mencegah perubahan iklim terlihat mahal, para ekonom sepakat bahwa biaya tidak bertindak jauh lebih besar. Laporan Stern Review (2006) menyatakan bahwa biaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca setara dengan sekitar 1% dari PDB global, sementara jika tidak dilakukan tindakan, kerugiannya bisa mencapai 5–20% dari PDB global setiap tahun.
Dengan kata lain, investasi dalam mitigasi iklim bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga keputusan ekonomi yang cerdas.
Kesimpulan
Perubahan iklim telah dan akan terus menimbulkan beban ekonomi yang besar jika tidak segera ditangani. Menghitung biaya ekonomi dari perubahan iklim adalah langkah penting untuk menyadarkan para pengambil kebijakan, pelaku usaha, dan masyarakat akan urgensi tindakan nyata. Kita tidak bisa menunggu lebih lama — karena biaya keterlambatan jauh lebih mahal dari biaya aksi sekarang.